Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah aspek penting yang tak boleh diabaikan dalam industri konstruksi. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, jumlah kecelakaan kerja menunjukkan tren penurunan dari 110.285 kasus di tahun 2015, menjadi 105.182 di tahun 2016, hingga mencapai 80.392 di tahun 2017. Hal ini tak lepas dari hierarki pengendalian risiko.
Tak semua orang memahami seputar hierarki pengendalian risiko. Oleh karena itu, di sini kita akan membahas lebih jelas seputar hierarki pengendalian risiko K3 beserta dengan contohnya.
Apa Itu Hierarki Pengendalian Risiko?
Hierarki pengendalian risiko merupakan metode yang digunakan untuk menangani potensi bahaya di lingkungan kerja. Standar ISO 45001 mendefinisikan hierarki pengendalian sebagai cara yang sistematis untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara mengeliminasi bahaya serta mengurangi dan mengontrol risiko terkait K3.
Proses ini diatur berdasarkan tingkat efektivitas, proteksi, dan keandalan; mulai dari metode yang paling efektif dan dapat diandalkan hingga metode yang paling kurang efektif dan kurang dapat diandalkan.
Dalam hierarki pengendalian risiko, eliminasi bahaya dianggap sebagai metode pengendalian paling utama, diikuti oleh pengurangan risiko melalui substitusi, penerapan teknologi rekayasa, dan kontrol administratif. Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan langkah terakhir dan dianggap sebagai tingkat kontrol yang paling rendah dalam mengurangi risiko.
Tingkatan Hierarki Pengendalian Risiko
Hierarki pengendalian risiko terdiri dari beberapa tingkatan yang diurutkan berdasarkan efektivitasnya dalam mengontrol risiko:
1. Eliminasi
Eliminasi adalah strategi pengendalian risiko yang bersifat definitif dan seharusnya menjadi opsi utama. Ini artinya sumber bahaya dari tempat kerja harus dihilangkan. Sebagai contoh, untuk menghindari risiko yang berkaitan dengan bekerja di ketinggian, pekerjaan dapat dilakukan dari permukaan yang lebih rendah dengan bantuan peralatan yang sesuai.
2. Substitusi
Substitusi melibatkan penggantian metode, alat, mesin, atau bahan dengan opsi yang lebih aman yang menimbulkan risiko lebih rendah. Sebagai contoh, penggunaan tangga dapat digantikan dengan alat angkat mekanis untuk tugas-tugas yang dilakukan di ketinggian.
3. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik berkaitan dengan modifikasi atau desain ulang alat, mesin, atau lingkungan kerja untuk membuatnya lebih aman. Contohnya, penggunaan peralatan kerja khusus untuk mengurangi risiko jatuh saat bekerja di tempat yang tinggi.
4. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi melibatkan penghapusan risiko melalui penerapan prosedur dan aturan kerja, seperti penandaan bahaya, pemasangan rambu, dan poster, serta penyesuaian durasi dan rotasi kerja. Tujuannya adalah untuk meminimalisir paparan pekerja terhadap bahaya. Contoh lain termasuk larangan penggunaan ponsel di area tertentu dan pemasangan tanda keselamatan.
5. Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan yang dikenakan oleh pekerja untuk melindungi diri dari risiko di tempat kerja. Misalnya, penggunaan kacamata las dan sarung tangan kulit saat melakukan pengelasan merupakan contoh penerapan APD.
Contoh Penerapan Hierarki Pengendalian Risiko
Contoh hierarki pengendalian risiko dimulai dengan identifikasi dan evaluasi risiko yang ada di tempat kerja. Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menerapkan tingkatan pengendalian mulai dari yang paling efektif.
Penggunaan hierarki ini tidak hanya membantu perusahaan dalam memastikan keselamatan kerja tetapi juga efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Dengan mengutamakan eliminasi dan substitusi, perusahaan dapat mengurangi biaya jangka panjang yang berhubungan dengan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Hierarki pengendalian risiko adalah hal yang sangat penting dalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan menerapkan hierarki ini, perusahaan tidak hanya dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja tetapi juga meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional.
Melalui penerapan sistematis dari tingkat pengendalian yang paling efektif hingga yang paling rendah, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan lebih kondusif untuk semua pihak. Implementasi hierarki pengendalian risiko memungkinkan perusahaan untuk beroperasi lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Penerapan hierarki pengendalian risiko adalah langkah awal yang krusial dalam mengurangi potensi bahaya di tempat kerja. Untuk perlindungan lebih lanjut, pertimbangan untuk membeli produk asuransi menjadi sangat penting. Asuransi Garda Me menawarkan solusi yang dapat melengkapi upaya pengendalian risiko yang sudah ada.
Dengan asuransi ini, karyawan dan perusahaan dapat memiliki jaring pengaman yang kuat, melindungi dari konsekuensi finansial yang mungkin timbul akibat kecelakaan kerja.
Asuransi Garda Me dirancang untuk memberikan perlindungan komprehensif terhadap risiko kecelakaan yang mungkin terjadi kapan dan di mana saja. Produk ini menawarkan manfaat utama berupa santunan meninggal dunia atau cacat tetap keseluruhan sebagai akibat dari kecelakaan.
Keunggulan dari asuransi Garda Me tidak hanya pada besaran santunan yang diberikan, tetapi juga pada proses klaim yang mudah dan cepat.
Dengan memiliki asuransi ini, pekerja dapat merasa lebih aman dan nyaman dalam menjalankan tugas sehari-hari. Perusahaan juga dapat menunjukkan komitmennya dalam menjaga kesejahteraan karyawan, yang pada gilirannya bisa meningkatkan moral dan produktivitas kerja.
Dalam praktiknya, hierarki pengendalian risiko dan asuransi seperti Garda Me harus berjalan beriringan. Pengendalian risiko menangani aspek pencegahan, sementara asuransi menawarkan solusi ketika kecelakaan tidak terhindarkan. Kombinasi kedua strategi ini akan menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya aman tetapi juga mendukung.